- See more at: http://yandyndy.blogspot.co.id/2012/04/cara-membuat-auto-read-more-pada-blog.html#sthash.JS2X70Q4.dpuf

RUMAH GANTUNG : Part 23 (END)

0

Dalam gelap, aku masih terbayang-bayang dengan sosok yang berada didepanku. Sosok perempuan dengan wajah yang cemas, sedang menatapku. Sementara suara riuh menggema disetiap tempat tanpa aku bisa menyadari dari mana suara itu berasal. Perempuan itu terus menatapku dan dia sepertinya melakukan sesuatu dengan wajahku sampai kusadari bahwa dia kini sedang menepuk-nepuk pipiku, pelan dengan satu tangannya.

Aku mulai bisa melihat sedikit cahaya dan kusadari perempuan itu adalah adikku, Emi, sedang menangis didepan diatasku. Dia terus menampar-nampar pipiku dan baru berhenti ketika aku mulai merintih kecil yang disambut dengan keriuhan beberapa orang disekelilingku. Aku mulai bisa membuka mata, kusadari bahwa kini aku berada dipangkuan Emi dan aku sendiri berada ditempat yang kuyakini adalah ruang terkunci dirumah gantung dengan ruang bawah tanah tepat berada disampingku. Tapi aku tidak sendiri karena beberapa orang telah ramai disekelilingku, termasuk yang kulihat dua orang polisi yang berusaha menyinariku dengan senter dan seorang lagi mulai menyodorkan minuman kearahku.

Aku minum sedikit dari air yang dia beri, dan aku mencoba untuk bangkit. Tap tak bisa kulaksanakan karena kurasakan leherku sangat kaku dan cukup sakit untuk kubuat menoleh. Masih sedikit tersedu Emi memarahiku dengan keras dan ini pertama kali aku melihatnya semarah ini denganku. Beberapa orang disekitarku juga mulai berceramah ini itu seolah aku terlihat salah didepan mereka semua. Aku hanya terdiam dengan ocehan mereka semua, sampai Emi langsung memelukku erat dan sebuah tandu mulai datang dan membawaku. Sebuah penopang leher dipasang membuat kepalaku terasa seperti patung yang hanya bisa menggerakkan bola mataku untuk melihat sekitar.

Tak lama, aku dibawa keluar rumah gantung dan sebuah ambulance terparkir didepan halaman bersiap menyambutku. Tapi sebelum aku mulai masuk kedalam mobil ambulance itu, aku mendengar sebuah suara memanggil-manggil namaku, suara perempuan dan aku mengenalinya.

“hey, bagaimana kabarmu?”

Aku melirik keasal suara yang mulai mendekat dan terlihat Siska sekarang berdiri disampingku, ikut mengiringiku kemobil ambulance.

“ya, aku baik-baik saja. Tapi apa yang terjadi denganku?” tanyaku lirih menahan sakit

Aku sampai dipintu ambulance dan aku dipindahkan keatas ranjang.

“boleh aku bicara sebentar?” sahut Siska ke salah seorang pemandu

“mau ikut kedalam mobil?” jawab pemandu sambil mulai melipat tandu

“tidak-tidak sebentar saja…” Siska langsung menghampiriku dan mendekatkan kepalanya ketelingaku

“kurasa mereka semua tidak ada yang paham dengan situasi ini, aku akan menjelaskan kepada mereka dan kurasa ini akan menyelamatkanmu” ucap Siska sambil menunjukkan sebuah benda didepanku, sebuah boneka beruang dengan pita dilehernya dan memakai sweater biru mungil, ditambah dengan sebuah jahitan nama ditengahnya.

“Roy? Maksudnya apa?” tanyaku

Siska megelus-elus jahitan nama yang bertuliskan ‘ROY’ ditengah boneka “aku akan menjelaskan semuanya nanti dirumah sakit. Sekarang aku akan memeberitahu mereka semua yang ada didlam, kurasa polisi akan sedikit mempercayaiku karena mereka sering menangani kasus dirumah ini” ucap Siska cepat sambil menepuk pundakku dan langsung meninggalkanku.

“tunggu.. apa yang kau maksud? Ada apa dengan Roy?” aku berteriak

Tak ada sahutan dari Siska, dan selanjutnya Emi datang menghampiriku dan aku mulai diangkat ke mobil ambulance.

“Dion, dia masih didalam mobilnya” aku setengah berteriak ke Emi yang berjalan kearahku

“tadi dia sudah dilarikan kerumah sakit” ujar Emi sambil ikut naik ke dalam ambulance

===================================

Entah berapa lama aku tertidur diatas ranjang rumah sakit, kini aku terbangun ketika semua orang berkumpul didekat tempatku. Emi, Siska, Edy, ibu bahkan ayahku yang sudah bisa berdiri kini ikut bergabung. Terlihat pula ayah dan ibu Dion yang berada tak jauh beberapa ranjang dari tempatku, dan sedang menghadap ke ranjang lain sementara seorang pasien sedang diperban dan masih tidak sadar berada diatasnya, Dion. Aku memegangi leherku yang kini dipasang penopang dan ibuku menjelaskan bahwa leherku mengalami luka yang cukup dalam diantaranya bahkan mengalami sedikit keretakan.

“kakak jangan lagi kerumah gantung, awas ya” sahut Emi

“hush.. jangan begitu, kasihan kakakmu baru sadar” ayahku membalas sahutan Emi

“mau gimana lagi bu, untung saja saat itu aku berpapasan dengan polisi dijalan, kalau tidak…” kata Emi menyangkal ibunya

“sebenarnya apa yang terjadi” kataku lirih memandang kesemua orang
 Semua terdiam, dan hanya Siska yang terlihat menoleh ke ayahku yang kemudian oleh ayahku dibalas dengan anggukan pelan kearahnya. Siska mulai mendekatiku dan berjongkok disamping ranjangku sehingga kepalanya kini dekat denganku.

“kamu, hampir saja menjadi korban rumah gantung. Aku sudah menjelaskan kesemua keluargamu” kata Siska menjelaskan

“korban?”

“baiklah, aku saat itu tidur dirumah ketika kau bersama Dion kerumah gantung pada malam itu. Aku bermimpi tentangmu, kau meminta tolong kepadaku. Aku terbangun ketika ayahku mengabari kalau Fendi gantung diri diruangannya dirumah sakit jiwa. Tak lama setelah kepergian kita”

Aku terdiam “Fendi, dia benar gantung diri?” tanyaku

Siska mengangguk “malam itu aku langsung berangkat kerumah sakit jiwa untuk benar-benar memastikan. Dan benar, rumah sakit jiwa sudah ramai polisi dan petugas medis mengangkat sebuah mayat yang kemudian mereka angkut ke mobil ambulance”

“mengapa dia bunuh diri?” tanyaku

“tidak tahu, tapi aku yakin ada hubungannya dengan sosok hitam yang mengejarmu dan mengejarnya juga. Karena saat aku disana, aku dihampiri oleh petugas yang memandu kita kemarin dan dia memberiku sebuah amplop surat” ujar Siska “ini amplopnya, kepada yang terakhir mengunjungiku” sambung Siska sambil membaca judul sampul amplop yang dia keluarkan dari sakunya

“kepada kita?” tanyaku lagi

“sebelumnya aku tidak yakin sampai petugas itu bilang bahwa kitalah yang terakhir menemuinya sebelum dia mulai kambuh lagi”

Aku terdiam dan memandang keorang tuaku yang kini terlihat sibuk berbicara dengan seorang dokter yang tak jauh dari ranjangku, sementara Emi dan Edy terdiam mendengarkan penuturan Siska.

“tenang, aku tidak menjelaskan kunjungan kita kerumah sakit jiwa kepada orang tuamu”bisik Siska tersenyum

“lalu?” sahutku lirih

“aku membaca isi amplop itu” Siska mulai membuka amplop dan mengeluarkan lipatan kertas persegi yang kemudian menunjukkannya didepan wajahku. Aku meraih kertas itu dan mulai membacanya

--Entah kapan aku bisa bertemu dengan kalian lagi, tapi melalui surat ini aku akan menjelaskan apa yang belum kalian ketahui dirumah gantung. Mungkin surat juga ini sebagai peringatan terakhirku untuk menghindarkan semua orang dari rumah terkutuk itu setelah semua usahaku dengan kertas koran dan lakban-lakban itu sia-sia. Aku ingin menjelaskan kepada kalian kalau kalian akan selamat jika kalian benar-benar memahami sejarah rumah gantung. Aku mendapatkan kesimpulan ini setelah semua yang kulalui dan semua sumber-sumber menjurus kehal ini. Kalian tahu kisah Robert bukan? Kalian pasti tahu, karena kalian sepertinya paham dengan situasi dirumah gantung. Robert menghabisi keluarganya dan mengganti masing-masing dengan sebuah boneka. Sementara itu, teman kalian yang mati disana sebenarnya sudah menjadi milik Sosok hantu Robert sampai kalian merebutnya kembali. Sosok itu marah dan yang pasti akan mengejar kalian dan berniat memiliki kalian juga sebagai gantinya. Untuk menghentikannya, ikuti apa yang dilakukan Robert dimasa lalunya. Taruh boneka disana untuk menggantikan teman kalian yang menjadi korban disana. Kalian lakukan secepatnya sebelum kalian menjadi yang selanjutnya. Aku melakukan ini karena aku juga ingin kalian menolongku untuk menaruh boneka lain juga untuk menyelamatkanku. Aku tidak bisa keluar dari rumah sakit jiwa ini. Fendi --

Aku terdiam sejenak, dan tiba-tiba aku teringat dengan pesan terakhir Roy dalam mimpiku setelah kematiannya. Pesan terakhir darinya yang sama persis dengan apa yang Fendi bicarakan ‘ingatlah sejarah rumah gantung atau kau akan selamat’ .Aku melipat lagi kertas itu dan Emi langsung menyambarnya. Dia membuka kertas dan membacanya, Edy ikut bergabung dan membaca disampingnya.

“jadi….” pikiranku malayang sedikit melamun, pandanganku mengarah keatas langit-langit ruangan

“seorang polisi menjelaskan kepadaku. Kau terlihat menggantung lehermu sendiri diruang bawah tanah sebelum mereka memotong tali dan membuatmu terjatuh keruangan itu. Jadi intinya saat itu kau sedang melakukan percobaan bunuh diri dirumah gantung. Untung kau masih selamat” Siska menjelaskan

“aku? Gantung diri?” kataku kaget dan kemudian tertawa keras, membuat Emi dan Edy menghentikan membacanya dan memandangiku

“tidak lucu kak” sahut Emi

“tapi kabar baiknya, aku sudah menjelaskan kepada polisi saat itu, dan sebagian mempercayai apa yang kumaskud, walaupun beberapa yang lain masih menganggapmu ada ….”ujar Siska sambil memutar ujung jari telunjuknya kesamping kepalanya

“sudah gila?” aku meneruskan pembicaraannya yang disahut dengan tawa kecil dari Siska

“ya, tapi aku sudah menaruh sebuah boneka untuk Roy” sahut Siska

“kau sudah menunjukkannya, lalu bonekanya Fendi?” tanyaku

“percuma, dia tidak selamat. Jadi buat apa?” sahut Siska

Aku mengangguk lirih.

Ayah dan ibu menghampiriku dan mengabarkan bahwa aku akan menginap selama beberapa hari dirumah sakit ini sampai semuanya pulih. Tak lama, terdengar suara gaduh disampingku ketika kedua orangtua Dion mulai menyadari bahwa anaknya mulai sadar. Kini semua orang yang ada didekatku mulai bearnjak dari tempatku dan beralih ketempat ranjang Dion. Sementara aku hanya bisa berkaca-kaca dan memandangi langit-langit ruangan dengan pikiranku yang mulai menerawang menembusnya. Kini semua sudah selesai, tak ada lagi ketakutan dan untuk saat ini aku sudah aman bersama keluarga dan teman-temanku.

=================

Enam bulan berlalu, aku sudah pulih total dan memang benar apa yang dimaksud Fendi dan Siska. Sosok itu kini tak lagi menggangguku. Untuk saat ini aku merasa kembali lagi kekehidupanku dulu, sebelum aku berurusan dengan rumah gantung.

Dan kini aku sedang terduduk didepan komputer kamarku dan mengamati blogku yang mulai ramai dengan beragam komentar dan pertanyaan dari para netizen. Hal ini mulai terjadi ketika beberapa hari lalu aku memposting ceritaku kedalam blog dan membagikan semua foto-foto yang kuperolah dirumah gantung selama penelusuranku, bahkan aku menyalin surat dari Fendi dan ikut mempostingnya. Aku melakukan ini dengan tujuan yang sama dengan Fendi, agar semua orang bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dirumah gantung dan menghindarinya.

Setelah postinganku menyebar kedunia maya, semua blog dan situs berita mulai ramai mengkopi apa yang aku ceritakan. Dalam dua hari, blogku penuh dengan ribuan viewer dan beragam komentar yang terus menerus memenuhi pemberitahuanku.

Tapi semua pertanyaan bisa aku jawab kecuali sebuah pertanyaan yang membuatku terbelalak.Dia tidak memiliki foto profil dan hanya sebuah email yang itupun memiliki nama yang aneh untuk sebuah username. Dia tidak mengajukan pertanyaan kepadaku, tapi justru sebaliknya, dia meminta sebuah pertolongan. Dia meminta tolong kepadaku apa yang harus dilakukannya, karena dia mengalami kasus yang sama denganku. Dia menemukan adiknya yang gantung diri rumah gantung dan sosok hitam kini mengejarnya. Aku mulai bergidik ngeri memabyangkan apa yang aku dan Fendi lakukan selama ini masih belum sempurna, toh ternyata ada korban lagi dirumah itu. Dengan sedikit berat, aku membalas komentarnya.

‘lakukan seperti yang kulakukan, taruh boneka disana sebagai gantinya’

Beberapa saat kemudian, dia membalas lagi ‘tapi bagaimana caranya? Boneka sudah ada, tapi aku tidak tahu harus menaruh dimana’

‘taruh saja bersama boneka-boneka lain didalam rumah gantung’ balasku

Dia membalas lagi, dan kini membuatku sangat tercengang ‘bagaimana bisa? Rumah itu kini sudah tidak ada, kakak tidak tahu beritanya? Rumah gantung sudah terbakar habis’

Aku langsung membuka tab baru dari browserku dan mulai mengetik pada kolom berita dengan keyword rumah gantung. Benar, berita terbaru dari rumah gantung.

Tagline berita dua hari lalu, menceritakan sebuah pengalaman dari seorang gadis yang menemukan adik perempuannya gantung diri dirumah gantung, sementara berita yang masih hangat, baru ditulis kemarin.

RUMAH GANTUNG TERBAKAR HABIS, POLISI MASIH MENCARI PENYEBABNYA.

Aku mengamati foto-foto puing-puing rumah yang hampir sepenuhnya hangus menjadi abu. Tak ada yang tersisa kecuali bentuk-bentuk yang kukenali masih belum hancur seperti kulkas dan televisi usang yang kini sudah menghitam penuh kerak hasil pembakaran. Aku menelan ludahku dalam-dalam dan aku membuka lagi blogku, menuliskan beberapa kata dikolom komentar.

‘aku tidak bisa membantumu, maaf’

#### END ####

About the author

Menulis bukan sekedar hobi, tapi juga seni. Keep writing :)

0 komentar: