- See more at: http://yandyndy.blogspot.co.id/2012/04/cara-membuat-auto-read-more-pada-blog.html#sthash.JS2X70Q4.dpuf

RUMAH GANTUNG : Part 19

0

Ponselku berbunyi berulang-ulang, menandakan pesan yang cukup banyak telah terkirim kepadaku. Bukan, itu adalah gambar-gambar dari ponsel Siska yang dikirim dan kini Siska seolah berbicara kepadaku bahwa saatnya aku berpikir lagi. Belasan gambar-gambar yang berhasil dikumpulkan Siska dan Dion, semuanya telah lengkap dan siap untuk dianalisa. Aku melihat jam diatas dinding yang sudah menunjukkan lebih dari pukul sembilan malam, tapi aku tak peduli. Aku langsung berdiri dan beranjak menuju komputer yang tak jauh dari ranjangku. Satu set PC siap sedia, dengan beberapa alat tulis dan yang pastinya satu plastik besar barang bukti sudah terkumpul jadi satu disamping meja.Aku menyolokkan kabel USB dan menyalin semua gambar dari ponselku.

Gambar-gambar dari Siska saat di ruang rongsokan telah banyak kuketahui. Sisanya, aku menyaksikan gambar yang diambil oleh Dion di kamar mandi dan sebuah retakan tembok yang bisa kuingat adalah rekahan sebelum Dion menghancurkannya untuk menuju ruang yang terkunci. Benar, retakan itu sangat jelas menampakkan ruang dibaliknya, tak ayal siapapun yang melihatnya pasti akan penasaran. Sementara foto-foto lainnya, aku menyaksikan gambar-gambar yang difoto oleh Siska diruang bawah tanah. Semua gambar yang memperlihatkan kertas-kertas kotor dengan visual pembuatan boneka-boneka seram dirumah gantung. Pikiranku mulai terbayang lagi dengan apa yang dialami kerluaga Robert. Jika Robert yang sangat sayang dengan keluarganya, mengapa dia tega membunuh mereka semuanya? Harta telah membutakan cintanya? Ditambah lagi misteri-misteri yang masih berputar dikepalaku, bagaimana bisa tali yang bisa putus dengan satu tarikan tangan bisa menggantung istri dan anak-anak Robert yang bobotnya bisa berpuluh-puluh kilo?

Jari-jariku masih mengklik mouse ditanganku, menggeser foto-foto satu persatu dilayar monitor. Sampai pada foto terakhir yang memperlihatkan diriku dan Dion sedang memegang kertas-kertas dan saat itu kami berdua asyik mengamatinya. Aku tertawa kecil melihat diriku sendiri yang tidak sengaja terfoto dan aku tidak menyadarinya. Tunggu, tapi mengapa Siska mengirim foto ini kepadaku? Bukankah aku hanya minta foto-foto petunjuk yang kami temukan dirumah gantung? Tak lama pertanyaanku seolah terjawab dengan sendirinya dan aku menyadari bahwa foto itu memang terdapat bukti yang kulewatkan. Sebuah tulisan kecil dibawah kertas, tertutup jari telunjukku, namun beberapa kata terakhirnya masih bisa terlihat.

Aku langsung meraih kertas-kertas disampingku dan membaliknya satu persatu.

“yaa..” aku tersenyum girang. Namun kegiranganku tak bertahan lama, karena makna dalam kata itu seolah merasuk kedalam otakku dan menyerang seketika ke syaraf ketakutanku.

AKU DISINI

Aku membandingkan kertas itu dengan apa yang ada dikomputer. Aku menekan tombol zoom dan memang benar kertas itu yang kini ada ditanganku.

“apa maksudnya?” aku bergumam

Aku meraih lagi kertas-kertas yang lain berusaha mencari tahu apakah ada petunjuk lagi yang serupa. Tapi belum sempat aku meraihnya, jari jemariku justru menyenggolnya yang membuat beberapa kertas paling atas berjatuhan kelantai. Reflek aku langsung menundukkan badan berusaha mengambil kertas yang ada dikakiku.

“aduh…sial…!!” kepalaku terbentur tepian meja dengan keras ketika aku berusaha bangkit dari bawah meja.

Sambil mengumpat pelan, aku mengelus-elus tulang ubun-ubunku yang kini mulai terasa pening. Sementara tanganku yang lain berusaha membolak-balik kertas-kertas yang berhasil kuambil. Tapi tak ada lagi petunjuk. Begitu pula dengan kertas-kertas yang lain. Aku menghela napas panjang. Kutumpuk lagi kertas-kertas ditempat semula dan hanya mengambil sebuah kertas yang ada tulisan dibelakangnya. Aku mengamatinya, dan baru kusadari bahwa tulisan itu berada dibalik gambar dari ketiga boneka yang saling berdampingan -dengan tulisan kekeluargaan dibawahnya. Aku mengernyitkan alisku, ada makna yang janggal dibalik kata-kata ini.

“aku disini, kata ini seolah melengkapi ketiganya” aku bergumam lirih

Aku membetulkan posisi dudukku dan langsung mengambil selembar kertas kosong dan sebuah pensil. Aku mencatat apa saja analisa yang ada dikepalaku, ya…. Analisa pertamaku, aku yakin bahwa Robert masih disana. Ketika anak-anak dan istrinya masih dirumah itu dengan wujud boneka, bagaimana dengan Robert? Seperti apa wujudnya? Di akhir tulisanku, aku memberi sebuah tanda tanya yang cukup besar menandakan masih menjadi misteri bagiku. Aku masih fokus dengan kertasku sampai tak sengaja mataku melirik layar monitor didepanku. Kursor zoom telah bergeser, mungkin akibat benturan meja dan kepalaku yang membuat mouse bergeser tak sengaja kearah yang tepat.

Sebuah mata didalam foto terlihat dibelakangku dengan wujud yang samar dan hampir tak terlihat tanpa dizoom. Dizoom pun yang paling jelas hanya tampak dua titik merah yang seolah menatap tajam kearah kamera, dan siluet kecil seperti sebuah rambut yang samar disekitarnya. Tapi aku mengenali mata dan rambut itu. Dia sosok yang terus mengikutiku.
 Aku menelan ludahku dalam-dalam ke kerongkongan. Aku menggerakkan mouse ke mode zoomout dan aku langsung meraih lagi pensil yang tadi kuletakkan. Tanganku sedikit gemetar ketika kutulis beberapa kata disamping tanda tanya besar yang sebelumnya kububuhi diakhir kalimat.

SOSOK ITU ADALAH MR.ROBERT

Mr. Robert yang mengejarku selama ini? Dia juga yang menyerang Siska diruang bawah tanah? Dan satu lagi, apakah Siska sengaja mengirimkan foto ini kepadaku setelah dia menyadari sosok itulah yang dilihatnya diruangan itu? Tapi jika dia tahu kenapa dari awal dia tidak menunjukkannya kepadaku?

Aku terus bergumam dan terlintas ide untuk mencari tahu sendiri. Aku mengambil ponselku dan mulai mencari kontak Dion.

“halo…”

“halo, Dion” kataku sedikit keras

“ya, ada apa?” sahut Dion sedikit malas

“aku sudah menerima foto-foto dari Siska. Sepertinya ada yang aneh”

“Entahlah, besok pagi saja kita bicarakan. Aku mengantuk nih” ucap Dion lemas

“okelah, tapi tunggu dulu, ada satu pertanyaan lagi” kataku sedikit gugup
 “mau tanya apa?”

Aku terdiam sejenak

“halo? Kau masih disana?” ucap Dion

“ya, apa Siska tidak cerita kepadamu tentang yang dia alami di ruang bawah tanah?” kataku lirih

“tidak, kenapa?”

Aku terdiam “tidak apa-apa, aku juga akan istirahat. Besok saja kita bicarakan” sambungku dan aku mengakhiri pembicaraan

Aku menaruh kembali ponsel diatas meja dan kusandarkan tubuhku diatas kursi sambil memikirkan petunjuk yang mungkin belum aku pecahkan. Aku menghela napas panjang sambil menerawang keatas langit-langit kamarku.

Drrrtt…..Drrrt….. ponselku berdering lagi. Aku menghentikan aktifitas berpikirku dan langsung bangkit meraih ponsel yang masih bisa kujangkau dengan tanganku. Aku mengangkatnya dengan malas.

“halo?” kataku pelan

“halo…kak”

“iya Em, ada apa?” aku bangkit dari sandaranku

“ayah sudah sadar kak”

“benarkah? Syukurlah. Ibu ada disitu?”

“ibu sedang sibuk didalam bersama dokter, ada yang perlu kusampaikan?”

“tidak ada, baiklah aku akan kesitu besok” kataku lirih

“iya kak, sudah dulu ya kak. Sepertinya ibu memanggilku” ucap Emi sedikit gugup

“ya sudah, salamkan minta maafku buat ayah”

“iya kak, nanti Emi sampaikan”

Emi menutup telepon. Aku termenung. Kini dalam pikiranku mulai terpecah antara barang-barang rumah gantung didepanku dan kabar gembira yang baru saja kuterima. Aku hendak menaruh ponselku kembali sampai ponsel tiba-tiba bergetar lagi.Aku memandang ponsel yang masih ditanganku, yang kukira itu dari Emi atau Dion tapi ternyata bukan. Sebuah pesan pendek masuk dari Siska.

-aku sudah menemukan keberadaan Fendi. Besok kalian bisa melanjutkan penelusuran-

(bersambung)

About the author

Menulis bukan sekedar hobi, tapi juga seni. Keep writing :)

0 komentar: