- See more at: http://yandyndy.blogspot.co.id/2012/04/cara-membuat-auto-read-more-pada-blog.html#sthash.JS2X70Q4.dpuf

THE TWIN

0

Kami berdua adalah saudara kembar cacat yang unik. Aku dan kakakku memiliki kelainan satu sama lain. Aku dilahirkan dalam keadaan buta, sedangkan kakakku dilahirkan dalam keadaan bisu. Sayangnya, sebuah kecelakaan menimpa kakakku saat masih kecil, sehingga dia kini tidak bisa berjalan dan hanya bisa duduk di kursi roda. Sedangkan aku, yang tidak pernah bisa melihat dunia menjadikan sifatku penuh dengan rasa takut, karena aku hanya bisa mengandalkan indra pendengaran. Aku tidak bisa mengetahui sesuatu yang baik dan buruk hanya melalui pendengaran.
Sebagai saudara yang dibesarkan bersama, kami belajar sebuah cara untuk berkomunikasi satu sama lain. Kakakku memakai sebuah lonceng kecil ditangannya, dan membunyikannya dengan isyarat yang terbatas saat kakakku butuh pertolonganku atau ingin berbicara denganku. Kami mengingat isyarat lonceng itu sebagai berikut :
- Satu bunyi lonceng berarti “iya, atau benar”
 - Dua bunyi lonceng berarti “tidak, atau salah”
 - Tiga bunyi lonceng berarti “tidak tahu”
 - Bunyi lonceng panjang dan cepat berarti kakakku ingin berbicara denganku.
Lain dengan ibuku, dia senang dengan cara komunikasi kami. Terkadang ibu juga bermain-main dengan kami , sesekali dia meniru komunikasi kami dengan versinya sendiri. Dia menggunakan sebuah tepukan tangan, agar membedakannya dengan sahutan kakakku. Tapi baitnya sama dengan kode isyarat milik kakakku.
Kebiasaan kami di malam hari adalah bersantai. Aku sering menyendiri di ruang tamu, mendengarkan radio. Sedangkan kakakku lebih suka memandang keluar jendela, memandang luas cakrawala di malam hari yang bertaburan bintang. Karena menurutnya hanya itulah yang bisa menghiburnya. Apalagi sekarang adalah musim panas, dengan langit yang cerah.
Tapi itu semua adalah sekilas masa lalu. Segalanya berubah total dan semua dimulai pada suatu malam, di akhir musim panas tahun lalu…..
*********
 Klingklingklingkling
“Ada apa kak? Kakak butuh sesuatu?” tanyaku
Kling Kling
“Kakak melihat sesuatu?”
Kling
“Apa itu ibu?”
Kling
“Apa yang dilakukannya? Apa dia kemari?”
Kling Kling
“Dia menjauh?”
Kling Kling
“Dia diam saja seperti biasanya?”
“Kling
“Dia terlihat senang?”
Kling
“Syukurlah, aku ikut senang”
*********
HARI BERIKUTNYA
Klingklingklingkling
“Kakak butuh sesuatu?”
Kling Kling
“Kakak melihat sesuatu?”
Kling
“Apa itu ibu?”
Kling Kling
“bukan ibu?”
Kling
“seseorang?”
Kling
“Apa yang dia lakukan? Apa dia mendekat ke rumah kita?”
Kling Kling
“Jadi, dia tidak ada hubungannya dengan kita?”
Kling Kling Kling
“Ya sudah”
Klingklingklingkling
“Ada apa? Apa dia menuju ke rumah kita?”
Kling Kling
“Dia menjauhi rumah kita?”
Kling kling
“Dia hanya mengamati kita?”
Kling
“Mengapa dia mengamati kita?”
Kling Kling Kling
“Dia perempuan?”
Kling Kling
“Oke, dia laki-laki, sekarang jangan dihiraukan. Kakak tutup saja tirainya”
 (bunyi tirai)
********
 TIGA HARI BERIKUTNYA
Klingklingklingkling
“Apa kakak butuh sesuatu?”
Kling Kling
“Kakak melihat sesuatu?”
Kling
“Apa itu ibu?”
Kling
“Aku sangat senang kak, apa dia kemari menemui kita? Aku sangat rindu dengannya”
Kling
“Astaga… apa ibu sudah sampai di rumah?”
Kling
“Apa ibu berjalan kemari?”
Kling Kling
“Kenapa? Ibu pergi?”
Kling Kling
“Jadi, ibu hanya memperhatikan saja?”
Kling
“Kenapa?”
Kling Kling Kling
“Apa dia terlihat senang?”
Kling Kling
“Sudahlah, jangan dilihat lagi kak. Itu membuatku ikut sedih”
*******
HARI BERIKUTNYA
“Kak…”
Kling
“Aku rindu ibu”
Kling
“Kakak tidak melihat ibu kemari?”
Kling Kling
Klingklingklingkling
“Ada apa? Apa kakak melihat ibu?”
Kling kling
“Bukan Ibu?”
Kling
“Yang kakak lihat itu, apa dia terlihat seperti orang baik?”
Kling Kling Kling
“Dia menghampiri kita?”
Kling
“Dia kerumah kita?”
Kling
(menuggu beberapa lama)
“Kenapa tidak ada ketukan pintu kak?”
Klingklingklingkling
“apa dia pergi?”
Kling Kling
“Ada apa? Dia tidak masuk?”
Kling
“Dia hanya mengamati kita?”
Kling
“Dia pasti punya rencana buruk”
Kling Kling Kling
“Hey, siapapun yang ada diluar rumah kami, kalau tidak ada urusan pergi saja dari sini” teriakku
(Hening)
“Apa itu membantu?”
Kling
“Syukurlah”
*******
LIMA HARI BERIKUTNYA
“Kakak…”
Kling
“bisa kakak putarkan radio untukku?”
Kling
(Suara radio)
Klingklingklingkling
“Ada apa kak? Kakak butuh sesuatu?”
Kling kling
“Kakak melihat sesuatu?”
Kling
“Apa ada tamu?”
Kling Kling
“Kakak melihat ibu?”
Kling
Klingklingklingkling
“Kenapa?Apa ibu kemari?”
Kling kling
“Ibu menjauh?”
Kling
Klingklingklingkling
“Apa ibu kembali lagi?”
Kling kling
“Ibu menjauh?”
Kling kling
“Kakak tidak melihat ibu?”
Kling
“Ada orang lain?”
Kling
“Apa dia ada urusan dengan kita?”
Kling kling kling
“Apa dia mendekat?”
Kling
(Hening)
“Tidak ada ketukan, apa dia orang yang sama yang mendekati kita beberapa hari ini?”
Kling
“Dan dia hanya memandangi kita?”
Kling
Klingklingklingkling
“Ada apa? Dia menjauh?”
Kling Kling
“Apa yang kakak lihat? Aku tidak mengerti”
(Bunyi seret kursi roda, kakak mendekatiku, menyambar tanganku. Menuntun jari telunjukku dan menempelkannya ke leherku lalu menggesernya pelan kesamping)
“Dia mengancam kita?”
Kling Kling Kling
“Dia sekarang memegang pisau?”
Kling Kling
Klingklingklingkling
“Dia membawa pisau?”
Kling Kling
“Dia pergi?”
Kling
*******
HARI BERIKUTNYA
Hari ini aku sangat kelelahan, membuatku tertidur dari sore. Aku terbangun tepat ketika suara ketukan pintu terdengar di depan rumahku. Kudengar seret kursi roda dilanjutkan dengan suara pintu yang berderit.
KLATAKKK……KLINGG….
“Kakak….?Suara apa itu?” aku terbangun
(Hening)
Aku berdiri, mengambil tongkat disebelahku, dan berjalan perlahan keluar dari kamar.
“Kakak?”
Kling
“Apa kakak terjatuh?”
(Hening)
Kling
“Kakak tidak apa-apa?”
Kling
“Syukurlah, siapa yang bertamu?”
Kling Kling Kling
“Tidak ada orang?”
Kling
“sudahlah kak, aku mau tidur lagi. Jangan menakutiku”
Kling
 (Bunyi seret kursi roda)
*******
 DUA HARI BERIKUTNYA
“Kakak..”
Kling
“Kenapa malam ini panas sekali? Bisa tolong hidupkan kipas anginnya?”
Kling Kling
“Kenapa? Kakak jauh dari kipas angin?”
Kling kling
“Apa kipas anginnya rusak?”
Kling
“Kipas angin murahan”
Kling
“Apa kakak melihat sesuatu yang bisa diceritakan?”
Kling kling
“Ya sudah, aku mau tidur saja”
******
HARI BERIKUTNYA
Aku mendengar ada bunyi langkah kaki, entah itu diluar atau didalam rumah. Aku segera mengecilkan volume radioku.
“kakak…”
Kling
“apa kakak melihat ibu?”
Kling kling
“Aku mendengar langkah kaki. Apa kakak mendengarnya?”
Kling kling
“Tapi aku yakin mendengarnya”
Kling kling kling
“Ini menakutkan, karena aku merasakan rumah ini semakin aneh”
Kling kling kling
********
HARI BERIKUTNYA
“Kakak…”
(Hening)
“Kakak…”
Kling
“apa kakak tidak melihat ibu? Sudah lama sampai terakhir kakak melihatnya, aku sangat rindu”
Kling
“Kak…. Bisa kakak hidupkan radio? Hanya itu yang bisa menghiburku”
Kling kling
“Kenapa? Bukankah kakak dekat dengan radio? Apa radionya kakak pindah dari sisi jendela?”
Kling kling
“Kenapa? apa radionya rusak?”
(Hening)
Kling
“Astaga… aku akan membeli yang baru besok”
******
HARI BERIKUTNYA
Aku membuka lemariku, membuka laci kecil didalamnya dan mengambil sebuah dompet.Aku merogoh isinya, dan membuatku sangat terkejut.
“kakak….”
(Hening)
“Kakak”
(Suara langkah kaki)
“Kakak”
(Hening)
“Kakak”
Kling
“Kak… ada orang lain menyusup kerumah kita… dia mengambil uangku… semuanya”
Kling kling kling
“Sungguh kak, aku tadi juga seperti mendengar langkah kaki dirumah ini, aku sangat takut kak”
Kling Kling ….. kling….. kling…….
(hening)
“Kak… aku tidak mengerti kodenya….apa tangan kakak terluka?”
Kling kling
“Apa kakak habis terjatuh?”
Kling Kling
“Kak… uangku hilang semuanya, aku harus menelepon polisi kak”
Kling Kling
“Kenapa? Apa kakak yang mengambil uangku?”
Kling
(Hening)
“untuk apa? Uang kakak habis?”
Kling
“Astaga… kakak belikan apa saja? Kita harus menunggu satu minggu lagi sampai uang bantuan selanjutnya sampai ketangan kita”
(Hening)
“Kak… apa kakak marah padaku”
(Hening)
“Kak…”
(Hening)
“Kak?Apa kakak marah?”
Kling kling kling (suara lonceng menjauh dari kamar)
(hening)
“Seandainya ibu disini, semua pasti tidak akan seperti ini”
******
HARI BERIKUTNYA
“Kakak…”
Kling
“kak… aku sangat kesepian, tak ada radio, dan kakak sudah jarang berkomunikasi. Seharian kakak hanya malam hari mengobrol denganku”
(Hening)
“apa kakak marah padaku?”
(Hening)
(Suara tawa tertahan)
“kakak…kenapa tertawa? Ada yang lucu?”
(Hening)
Kling kling
“apa yang membuat kakak senang? Apa kakak melihat ibu?”
Kling kling
“Kakak tidak melihat sesuatu? Aku berharap kakak melihat sesuatu yang bisa kakak bicarakan denganku”
Kling
“Kakak melihat seseorang?”
Kling
“Ibu?”
Kling kling kling
“Bukan ibu?”
(Hening)
Kling
“Dia mendekati kita?
Kling
“Akan ada tamu, apa dia sendirian?”
Kling
“Laki-laki?”
Kling kling
“seorang perempuan? semoga dia bisa membantu kekurangan kita”
Kling
(Suara ketukan)
(Hening)
“kakak… dia datang”
Kling
(Hening)
(suara langkah kaki)
“Kak… dia sudah masuk ke dalam rumah?”
(Hening)
(Bunyi pintu terbuka)
 (Bunyi teriakan)
Klingklingklingklantangklantangklingklingkling…brukkk….
“kakak…? Apa kakak terjatuh? Siapa tadi yang berteriak? Apa tamu kita berteriak? Tapi kurasa itu bukan suara perempuan kak”
(Hening)
“kak…jangan membuatku takut”
(Hening)
“Kak… apa ada sesuatu?”
(Hening)
“Kenapa hanya diam? Kakak tidak apa-apa?”
Kling
(Hening)
“Aku tadi mendengar teriakan. Apa kakak mendengarnya?”
Kling
“Siapa tamunya? Aku yakin teriakan tadi didepan pintu”
Plok
“Tunggu… itu ibu?”
Plok
“Ibu disini?”
Kling
Klingklingklingkling
“Ada apa? Apa ibu pergi?”
Kling
“Ibu… aku merindukan ibu…”
Plok
*******
Beberapa jam berikutnya, seluruh kepolisian mengunjungi rumahku. Mereka menjadikanku saksi (buta) atas sebuah kasus aneh dirumahku malam itu. Sebuah kasus yang tak bisa aku jelaskan. Seorang pria tak kukenal ditemukan mengenaskan tercabik-cabik didepan rumahku, sementara polisi menemukan kakakku menjadi mayat yang membusuk yang sudah terkubur beberapa hari dipekarangan rumah. Kakakku terbunuh sadis, lehernya hampir putus karena tebasan pisau. Entah kenapa kepolisian mengatakan bahwa semua hartaku juga habis , sehingga pejabat sosial kini menempatkanku dalam sebuah panti. Tak ada keluarga disini, tak ada bunyi lonceng, tak ada kakak dan ibu.

About the author

Menulis bukan sekedar hobi, tapi juga seni. Keep writing :)

0 komentar: