HOW TO MAKE A HORROR MOVIE
0
Lisa berjalan kebingungan,
pakaiannya compang-camping. Dia menangis, sesekali menengok kebelakang dalam
gelap dan deburan ombak pantai yang dingin. Tiba-tiba sosok putih datang
menyambar Lisa dari depan. Lisa berteriak.
“Cut”
“kita lanjutkan
nanti” Andi memberi aba-aba
Lisa menghela
napas dan dengan pelan melepas sebuah mikrofon kecil dari balik bajunya,
sementara seorang pemuda didepannya berbaju putih panjang melepas wig dari
kepalanya.
“sepertinya film
kita gagal” ucap Toni sambil tertawa
“belum, kita
harus segera kembali ke tenda, hujan mulai turun” Andi menatap langit sambil
mengadahkan tangannya
“tapi... tinggal
beberapa adegan lagi selesai, apa tidak langsung diselesaikan saja? Besok film
ini harus siap, dan kita harus segera pergi dari pulau ini atau kita akan
pulang satu minggu kedepan karena tidak ada kapal yang menjemput” sahut Yoga
disamping Andi. Senter kecil dikepalanya menyorot ke lembaran naskah yang
dibawanya.
“Tidak, kita lanjutkan
nanti” sahut Andi
Gerimis mulai
turun.
“Seharusnya
Airin ada disini” ucap Yoga mengeluh lirih
“Airin lagi?
Ayolah, dia sudah mati. Dan aku bisa kok menggantikan perannya, lihat saja
nanti dibagian akhir, kamu pasti terkesima” sahut Lisa. Yoga tidak
mereseponnya.
Hujan semain
deras, mereka berempat berjalan menuju tenda yang tak jauh dibelakangnya.
Mereka mulai berkemas. Semua peralatan dimasukkan ke tanda lain disamping tenda
utama.
“um... tunggu. Sepertinya ada yang jatuh” Yoga
membongkar isi tasnya. Tak lama dia mengambil sebuah jas hujan dan bergegas
memakainya.
“Mikrofonku terjatuh,
aku akan mencarinya” ucap Yoga sambil berjalan menjauhi tenda.
“tunggu.. Yoga,
tunggu hujannya reda” teriak Andi
Yoga tidak
mendengarnya, Andi mengambil sebuah jas hujan dan senter kemudian bergegas
mengejarnya.
“Hei...kalian
kemana?” Lisa mengeluarkan kepalanya dari tenda utama
Andi berjalan
mengejar Yoga. Hujan semakin deras, ombak bergemuruh menghantam karang-karang
disepanjang pantai.
“Yoga!!” Andi
berteriak. Diarahkan senter ke segala arah, namun tidak dilihatnya apa-apa
selain pasir dan pohon-pohon kelapa yang bergoyang kencang terhembus angin.
Tiba-tiba sebuah
teriakan panjang menggema berbaur dengan deburan ombak.
Andi bergegas
menuju asal suara. Dia berlari sejauh beberapa ratus meter ketika pandangannya
terhenti diatas sebuah jas hujan yang robek dan genangan berwarna merah
menyelimutinya.
“Yoga!!!” Andi
berteriak
Andi dengan
sedikit gemetar mengambil jas yang berbalut warna merah dan menyadari adanya
bekas seretan yang ditandai dengan genangan kecil air hujan, terbentang
disepanjang pasir didepannya. Andi mengikuti bekas seretan itu dan kian
mengarah kedalam hutan ditepi pantai.
“Yoga?” Andi
memanggil lirih. Dia merenung sejenak, senternya mengarah ke hutan yang gelap
didepannya.
Hujan sedikit
reda. Andi terus mengamati hutan dan sebuah siluet dibalik pepohonan membuatnya
terkejut. Tanpa aba-aba dia langsung berlari dengan cepat kembali ke tenda.
“Lisa...
Toni!!!” Teriak Andi dengan kencang. Hujan tinggal rintik-rintik dan suara Andi
terdengar cukup keras walaupun deburan ombak masih tidak kalah kerasnya.
Lisa keluar dari
tenda dengan memakai sweater, “ada apa? Mana Yoga?”
Andi
menggelengkan kepalanya panik sambil menggeledah isi di tenda peralatan. Dia mengambil
sebuah kamera video.
“kita
melanjutkan film?” tanya Lisa
“tidak...
lupakan naskah yang kita buat, akan kutunjukkan cara membuat film horor yang
seram”
Andi menyerahkan
kamera video ke Lisa, “arahkan ke wajahku.”
Lisa menuruti
apa kata Andi. Andi yang terengah-engah menatap ke kamera, dengan mantap dia
mulai bercerita tentang apa yang dilihatnya tadi.
“Apa?” Lisa
kaget dan mematikan kamera, “ha..hantu Airin? Dan Yoga mati?”
“ya, a..aku tadi
melihatnya, rambutnya panjang, matanya merah menyala tertutup rambut poninya
dan... kepala Yoga ada ditangannya, sudah putus”
Lisa menyerahkan
kamera ke Andi, “dan kamu ingin membuat film tentang kematian Yoga?” Lisa marah
“mau bagaimana
lagi? Yoga mati dan adegan terakhir tanpanya pasti sangat mustahil” Andi
meyakinkan Lisa
“tunggu...
Toni?” Lisa mulai panik
Andi terdiam.
“Toni tadi
katanya buang air, tapi belum kembali” Lisa berjalan kebelakang tenda, ke arah
hutan.
Andi terdiam,
dinyalakannya lagi kamera ditangannya sambil mengikuti Lisa dari belakang.
“Toni!!” teriak
Lisa
“Lisa!” Andi
melempar senter ke arah Lisa dan Lisa menangkapnya.
Lisa mengamati
kamera ditangan Andi dengan kesal.
Sebuah suara
terdengar dibalik rimbunan semak dan pepohonan kelapa.
Lisa menyorotkan
senter ke asal suara, “Toni?”
Tiba-tiba sebuah
benda terlempar dari balik semak dan menggelinding dikaki Lisa. Lisa menyorot
benda tersebut dan langsung berteriak ketakutan, melihat kepala Toni dengan
matanya melotot penuh darah menatap ka arah Lisa. Lisa mundur beberapa langkah
sambil menangis. Andi hanya terdiam sambil terus menyorot Lisa.
“Andi! Matikan!”
teriak Lisa
Andi tak bergeming.
Tiba-tiba sesosok berbaju putih muncul dari balik semak. Matanya merah menyala.
Lisa berteriak
dan langsung berlari, disusul dengan Andi yang juga ikut ketakutan. Mereka
berlari disepanjang bibir pantai.
“Lisa!!” teriak
Andi
Lisa
memperlambat larinya, tak lama dia duduk terkulai sambil menangis.
“Tidak...ini
bukan salahku...ini salahmu” Lisa mengambil segenggam pasir dan melemparkannya
ke Andi.
“apa salahku?” Andi mematikan kameranya
“kamu yang punya
ide untuk membunuh Airin, sekarang lihat akibat ulahmu” Lisa memarahi Andi
dengan menangis
“apa? Ini semua
kan demi kamu, demi.... arrgghh.... demi peran utama yang kamu idam-idamkan”
Andi balik memarahi Lisa
“tapi kan...”
belum sempat Lisa menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba sebuah pasak menembus dada
Andi. Andi jatuh dengan keras sambil mengerang meregang nyawa. Kamera terjatuh
dikaki Lisa.
Lisa berteriak
dan tanpa sadar langsung menyalakan kamera dan menyorotkannya ke sosok
menyeramkan didepannya.
“Airin? Jangan
lakukan ini, tolonglah” Lisa berjalan mundur
Sosok itu hanya
diam. Namun Lisa yang ketakutan tidak tinggal diam. Dia berlari dan kini kamera
masih merekam dengan posisi terguncang-guncang.
“tidak... aku
kemana lagi? Pulau ini kecil dan aku tak tahu lagi kemana” ucap Lisa ketakutan
Dia menoleh
kebelakang dan menyorotkan kameranya. Sosok itu tidak mengikutinya. Dia berhenti
sejenak. Dinyalakannya sorot flash kameranya ke segala arah, dan tatapannya
terhenti kearah hutan rimbun disisinya. Sebuah cahaya merah menyorot dibalik
pohon.
“Airin... maafkan
aku!”
Sorot cahaya itu
semakin memudar, dan tak lama hilang. Lisa mengamati sekitarnya, dia mendekat
ke arah hutan. Cahaya merah mulai terlihat lagi dibalik pepohonan.
Lisa melebarkan
matanya.
“Tidak
mungkin..!”
Tiba-tiba sebuah
batu menghantam kepalanya. Lisa terjatuh, darah mengalir deras dari tempurung
kepalanya. Sosok putih berdiri diatasnya langsung menyahut kamera di tangan
Lisa dan mematikannya. Sosok itu mendekati pohon dan mengambil kepala mainan
serta sebuah kamera yang terikat di pohon yang terus berkedip merah.
“sial,
baterainya habis”
Sosok itu
membuka topengnya dan tertawa senang.
“Airin... film
ini kupersembahkan untuk kematianmu” Yoga tertawa dengan puas.
0 komentar: