- See more at: http://yandyndy.blogspot.co.id/2012/04/cara-membuat-auto-read-more-pada-blog.html#sthash.JS2X70Q4.dpuf

HOW TO MAKE A HORROR MOVIE

0


Lisa berjalan kebingungan, pakaiannya compang-camping. Dia menangis, sesekali menengok kebelakang dalam gelap dan deburan ombak pantai yang dingin. Tiba-tiba sosok putih datang menyambar Lisa dari depan. Lisa berteriak.

“Cut”

“kita lanjutkan nanti” Andi memberi aba-aba

Lisa menghela napas dan dengan pelan melepas sebuah mikrofon kecil dari balik bajunya, sementara seorang pemuda didepannya berbaju putih panjang melepas wig dari kepalanya.

“sepertinya film kita gagal” ucap Toni sambil tertawa

“belum, kita harus segera kembali ke tenda, hujan mulai turun” Andi menatap langit sambil mengadahkan tangannya

“tapi... tinggal beberapa adegan lagi selesai, apa tidak langsung diselesaikan saja? Besok film ini harus siap, dan kita harus segera pergi dari pulau ini atau kita akan pulang satu minggu kedepan karena tidak ada kapal yang menjemput” sahut Yoga disamping Andi. Senter kecil dikepalanya menyorot ke lembaran naskah yang dibawanya.

“Tidak, kita lanjutkan nanti” sahut Andi

Gerimis mulai turun.

“Seharusnya Airin ada disini” ucap Yoga mengeluh lirih

“Airin lagi? Ayolah, dia sudah mati. Dan aku bisa kok menggantikan perannya, lihat saja nanti dibagian akhir, kamu pasti terkesima” sahut Lisa. Yoga tidak mereseponnya.

Hujan semain deras, mereka berempat berjalan menuju tenda yang tak jauh dibelakangnya. Mereka mulai berkemas. Semua peralatan dimasukkan ke tanda lain disamping tenda utama.

“um... tunggu. Sepertinya ada yang jatuh” Yoga membongkar isi tasnya. Tak lama dia mengambil sebuah jas hujan dan bergegas memakainya.

“Mikrofonku terjatuh, aku akan mencarinya” ucap Yoga sambil berjalan menjauhi tenda.

“tunggu.. Yoga, tunggu hujannya reda” teriak Andi

Yoga tidak mendengarnya, Andi mengambil sebuah jas hujan dan senter kemudian bergegas mengejarnya.

“Hei...kalian kemana?” Lisa mengeluarkan kepalanya dari tenda utama

Andi berjalan mengejar Yoga. Hujan semakin deras, ombak bergemuruh menghantam karang-karang disepanjang pantai. 

“Yoga!!” Andi berteriak. Diarahkan senter ke segala arah, namun tidak dilihatnya apa-apa selain pasir dan pohon-pohon kelapa yang bergoyang kencang terhembus angin.

Tiba-tiba sebuah teriakan panjang menggema berbaur dengan deburan ombak.

Andi bergegas menuju asal suara. Dia berlari sejauh beberapa ratus meter ketika pandangannya terhenti diatas sebuah jas hujan yang robek dan genangan berwarna merah menyelimutinya.

“Yoga!!!” Andi berteriak

Andi dengan sedikit gemetar mengambil jas yang berbalut warna merah dan menyadari adanya bekas seretan yang ditandai dengan genangan kecil air hujan, terbentang disepanjang pasir didepannya. Andi mengikuti bekas seretan itu dan kian mengarah kedalam hutan ditepi pantai.

“Yoga?” Andi memanggil lirih. Dia merenung sejenak, senternya mengarah ke hutan yang gelap didepannya.

Hujan sedikit reda. Andi terus mengamati hutan dan sebuah siluet dibalik pepohonan membuatnya terkejut. Tanpa aba-aba dia langsung berlari dengan cepat kembali ke tenda. 

“Lisa... Toni!!!” Teriak Andi dengan kencang. Hujan tinggal rintik-rintik dan suara Andi terdengar cukup keras walaupun deburan ombak masih tidak kalah kerasnya.

Lisa keluar dari tenda dengan memakai sweater, “ada apa? Mana Yoga?”

Andi menggelengkan kepalanya panik sambil menggeledah isi di tenda peralatan. Dia mengambil sebuah kamera video.

“kita melanjutkan film?” tanya Lisa

“tidak... lupakan naskah yang kita buat, akan kutunjukkan cara membuat film horor yang seram”

Andi menyerahkan kamera video ke Lisa, “arahkan ke wajahku.”

Lisa menuruti apa kata Andi. Andi yang terengah-engah menatap ke kamera, dengan mantap dia mulai bercerita tentang apa yang dilihatnya tadi.

“Apa?” Lisa kaget dan mematikan kamera, “ha..hantu Airin? Dan Yoga mati?”

“ya, a..aku tadi melihatnya, rambutnya panjang, matanya merah menyala tertutup rambut poninya dan... kepala Yoga ada ditangannya, sudah putus”

Lisa menyerahkan kamera ke Andi, “dan kamu ingin membuat film tentang kematian Yoga?” Lisa marah

“mau bagaimana lagi? Yoga mati dan adegan terakhir tanpanya pasti sangat mustahil” Andi meyakinkan Lisa

“tunggu... Toni?” Lisa mulai panik

Andi terdiam.

“Toni tadi katanya buang air, tapi belum kembali” Lisa berjalan kebelakang tenda, ke arah hutan.

Andi terdiam, dinyalakannya lagi kamera ditangannya sambil mengikuti Lisa dari belakang.

“Toni!!” teriak Lisa

“Lisa!” Andi melempar senter ke arah Lisa dan Lisa menangkapnya.

Lisa mengamati kamera ditangan Andi dengan kesal. 

Sebuah suara terdengar dibalik rimbunan semak dan pepohonan kelapa.

Lisa menyorotkan senter ke asal suara, “Toni?”

Tiba-tiba sebuah benda terlempar dari balik semak dan menggelinding dikaki Lisa. Lisa menyorot benda tersebut dan langsung berteriak ketakutan, melihat kepala Toni dengan matanya melotot penuh darah menatap ka arah Lisa. Lisa mundur beberapa langkah sambil menangis. Andi hanya terdiam sambil terus menyorot Lisa.

“Andi! Matikan!” teriak Lisa

Andi tak bergeming. Tiba-tiba sesosok berbaju putih muncul dari balik semak. Matanya merah menyala.

Lisa berteriak dan langsung berlari, disusul dengan Andi yang juga ikut ketakutan. Mereka berlari disepanjang bibir pantai.

“Lisa!!” teriak Andi

Lisa memperlambat larinya, tak lama dia duduk terkulai sambil menangis.

“Tidak...ini bukan salahku...ini salahmu” Lisa mengambil segenggam pasir dan melemparkannya ke Andi.

“apa salahku?” Andi mematikan kameranya

“kamu yang punya ide untuk membunuh Airin, sekarang lihat akibat ulahmu” Lisa memarahi Andi dengan menangis

“apa? Ini semua kan demi kamu, demi.... arrgghh.... demi peran utama yang kamu idam-idamkan” Andi balik memarahi Lisa

“tapi kan...” belum sempat Lisa menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba sebuah pasak menembus dada Andi. Andi jatuh dengan keras sambil mengerang meregang nyawa. Kamera terjatuh dikaki Lisa.

Lisa berteriak dan tanpa sadar langsung menyalakan kamera dan menyorotkannya ke sosok menyeramkan didepannya. 

“Airin? Jangan lakukan ini, tolonglah” Lisa berjalan mundur

Sosok itu hanya diam. Namun Lisa yang ketakutan tidak tinggal diam. Dia berlari dan kini kamera masih merekam dengan posisi terguncang-guncang.

“tidak... aku kemana lagi? Pulau ini kecil dan aku tak tahu lagi kemana” ucap Lisa ketakutan
Dia menoleh kebelakang dan menyorotkan kameranya. Sosok itu tidak mengikutinya. Dia berhenti sejenak. Dinyalakannya sorot flash kameranya ke segala arah, dan tatapannya terhenti kearah hutan rimbun disisinya. Sebuah cahaya merah menyorot dibalik pohon.

“Airin... maafkan aku!” 

Sorot cahaya itu semakin memudar, dan tak lama hilang. Lisa mengamati sekitarnya, dia mendekat ke arah hutan. Cahaya merah mulai terlihat lagi dibalik pepohonan.
Lisa melebarkan matanya.

“Tidak mungkin..!”

Tiba-tiba sebuah batu menghantam kepalanya. Lisa terjatuh, darah mengalir deras dari tempurung kepalanya. Sosok putih berdiri diatasnya langsung menyahut kamera di tangan Lisa dan mematikannya. Sosok itu mendekati pohon dan mengambil kepala mainan serta sebuah kamera yang terikat di pohon yang terus berkedip merah.

“sial, baterainya habis”

Sosok itu membuka topengnya dan tertawa senang.

“Airin... film ini kupersembahkan untuk kematianmu” Yoga tertawa dengan puas.

About the author

Menulis bukan sekedar hobi, tapi juga seni. Keep writing :)

0 komentar: