- See more at: http://yandyndy.blogspot.co.id/2012/04/cara-membuat-auto-read-more-pada-blog.html#sthash.JS2X70Q4.dpuf

RUMAH GANTUNG : Part 6

0


 (tok…..tok…..tok…..)

Seorang gadis muda berdiri di depan pintu. Tubuh tingginya sangat pas dengan celana jeans yang dipakainya. Rambut panjangnya yang diikat menampakkan kulit dahinya yang kekuningan, sementara ujung rambutnya yang terikat terurai ke dalam tudung jaket yang ia kenakan.

“Mia, masuklah”

Mia masuk ke dalam ruang tamu, duduk berhadapan denganku. Emi masuk dan membawa dua gelas teh yang ditaruhnya disamping sebuah boneka kotor diatas meja.

“Aku tidak tahu kalau adikmu menyimpan boneka seperti ini” celatuk Mia

“itu milik kakak, tanyakan saja padanya” sahut Emi sambil menjauh dari ruangan

Mia menatapku sambil tertawa kecil.

“Oke, kau mencari Roy kan?” aku memulai pembicaraan

Mia mengangguk kecil. Diambilnya segelas teh didepannya lalu meminumnya sedikit.

“Aku merasa boneka ini ada hubungannya dengan Roy” kataku

“tunggu… apa maksudnya?” tanya Mia

Aku menarik napas panjang, “baiklah… aku akan menjelaskan semuanya”

Selanjutnya, aku menceritakan apa yang aku alami kepada Mia. Tentang Roy yang datang menemuiku, taruhan di rumah gantung, boneka-boneka dan sosok yang menyeramkan, hilangnya Roy dan sebuah kertas yang terdapat pesan minta tolong. Aku juga menceritakan mimpi yang kualami tadi pagi dan menunjukkan kertas lusuh yang bertuliskan kata “TOLONG” dibawahnya.

Mia hanya terdiam mendengar ceritaku.

“kau tahu apa artinya?” tanyaku

“sebuah pesan dari Roy?” jawab Mia lirih

Aku mengangguk meyakinkan Mia, “sepertinya Roy ingin kita mengungkap rahasia di rumah gantung itu. Mungkin juga berhubungan dengan menghilangnya dia” sambungku

“Lalu, apa yang harus kita lakukan?” tanya Mia khawatir

“kita harus mencari jawabannya di rumah gantung” jawabku mantap

Mia terdiam, diambilnya boneka dari atas meja. Matanya memandang lekat-lekat setiap detail wajah menyeramkan yang terjahit di wajah boneka .
 “ini dari rumah itu?” tanya Mia

“ya, bahkan benda itu mengejarku sampai sini” jawabku mantap, meskipun masih ada sedikit rasa ngeri memandang boneka itu, tapi perlahan-lahan mulai pudar seiring dengan semangat mencari keberadaan Roy.

Mia termenung, ditaruhnya lagi boneka itu diatas meja. Dia mengambil gelasnya dan meminum tehnya yang tinggal separuh.

“Baiklah… ayo kesana” jawab Mia mantap, dia berdiri dari tempat duduknya.

“tunggu…sekarang?” ucapku terkejut

“ya…sekarang. Aku tidak ingin menunda lagi. Aku ingin semua masalahku dengan Roy cepat selesai. Aku ingin minta maaf dan ingin kembali bersama. Aku yakin dia salah paham terhadapku, tapi aku ingin membawanya pulang malam ini juga” ucap Mia, raut mukanya penuh keyakinan, meskipun ada rasa kelam dalam tatapan matanya. “kau yakin Roy ada disana kan?” sambungnya

“mungkin saja, tapi…..” aku terdiam sejenak, perkataan Mia tadi membuat pikiranku ikut larut dengan perasaannya, “sudahlah… aku akan berkemas. Kau membawa senter?” sambungku.

“tidak” jawab Mia

“baiklah, akan aku pinjami” ujarku sambil meninggalkan ruangan.

Malam itu, aku bersama Mia berangkat menuju rumah gantung, rumah yang sebelumnya kusebut sebagai rumah terkutuk. Rumah terkutuk yang penuh misteri, yang membuatku seperti seorang detektif yang kecanduan untuk menyingkap misteri didalamnya. Misteri tentang Roy dan suasana misterius yang terdapat disetiap sudut ruang dan halamannya.

Tiga puluh menit berlalu, aku memarkirkan motorku tepat didepan pekarangan rumah gantung. Rumah itu tetap terlihat suram. Pekarangan rimbunnya menampakkan rerumputan liar yang sebagian besar roboh karena injakan. Ya, baru kemarin malam aku menginjak-injak 'kalian', dan aku akan menginjak 'kalian' lagi malam ini.

“inikah rumah gantung yang kau maksud?” tanya Mia membuyarkan pandanganku.

“yup… benar” jawabku. Aku memandang ke seluruh pekarangan, dan melihat jalur berlariku kemarin malam yang berada disamping rumah. Hawa dingin mulai merasuk, seiring dengan bayang-bayang sosok menyeramkan yang kemarin berada di halaman belakang rumah. Sekarang perasaanku mulai bertabrakan, perasaan antara rasa penasaran dan takut yang amat sangat.

“kita harus berpencar” ucapan Mia seolah melengkapi rasa takutku

“berpencar?” tanyaku

“ya…. Itu akan mempercepat pencarian” jawab Mia mantap, seolah dia tidak pernah merasa takut. Semangatnya yang tinggi berhasil mengalahkan rasa takutnya, sangat bertolak belakang denganku.

Aku menelan ludah pelan dikerongkonganku, “baiklah… tapi kurasa kau harus ke bagian dalamnya, lebih aman bagimu” ucapku lirih

“setuju… ayo bergerak” Mia menyalakan senternya lalu melangkah menuju pelataran rumah.

“hati-hati saat didalam, kau tahu sejarah rumah ini kan?” teriakku pelan, aku berjalan dibelakangnya.

“aku tak peduli dengan sejarah rumah ini, oke… kita berpisah disini” Mia berjalan lebih cepat dariku, dan dia telah sampai di teras rumah gantung. Sementara aku berbelok dari teras dan berjalan menuju halaman samping rumah.

Mia sudah menginjakkan kakinya diatas lantai teras yang berderit, dan tanpa takut langsung masuk kedalamnya.

“Mia… semoga kau benar-benar tahu sejarah rumah ini” gumamku lirih

(bersambung)

About the author

Menulis bukan sekedar hobi, tapi juga seni. Keep writing :)

0 komentar: