RUMAH GANTUNG SEASON 2 : Part 2
0
Esok harinya. Alex baru saja selesai beres-beres kamar kos
nya. Ya, dia adalah mahasiswa luar kota, sementara beda lagi dengan ketiga
temannya, dimana Alfin dan Hendri adalah mahasiswa penduduk lokal dan mereka
berdua masih tinggal dengan kedua orangtuanya masing-masing. Sedangkan Pras, meskipun
dia juga berasal dari luar kota, dia kebetulan ada pamannya di desa lain tak
jauh dari tempat PKL dan dia tinggal bersamanya.
Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi. Alex membanting tubuhnya
diatas kasur tanpa ranjang diatas lantai. Dia meraih handphone tak jauh dari
nya dan melepas kabel chargenya. Alisnya berkerut menyaksikan banyaknya
notifikasi yang masuk kedalamnya. Sebuah chat sosial dengan ketiga temannya.
Pras : ‘hey, ada kesimpulan?’
Hendri : ‘kemarin malam baru kubaca sebagian. Tapi lumayan
misterius juga tuh rumah’
Hendri : ‘ada yang kamu temukan lagi pada tubuh boneka itu?’
Pras : ‘tidak ada, hanya gigi-gigi kemarin. Hanya saja
mulutnya terlihat dijahit dengan paksa. Jahitannya jelek dan kasar.’
Alfin : ‘kalau menurutku kita harusnya lebih menulis tentang
kejadian sebelum dirumah itu, bukan rumahnya yang sekarang’
Hendri : ‘ya, aku setuju. Peristiwa disana jauh lebih
menarik untuk diulas’
Alfin : ‘ada sebuah kejadian awal mulanya malapetaka disana.
Ketika anak paling bungsu ditemukan bunuh diri, di artikel tidak dijelaskan
mengapa dia bunuh diri. Atau bisa jadi ada kejadian lain, mungkin dia dibunuh
lalu digantung seolah bunuh diri? Sepertinya kita harus cari infonya lebih jauh’
Pras : ‘iya itu juga aneh, padahal umurnya baru belasan
tahun sudah berpikiran untuk bunuh diri’
Alfin : ‘Poin kedua. Kedua kakaknya terlihat depresi, tapi
itu aneh. Dilihat disini kalau mereka berdua adalah seorang mahasiswa
terpelajar. Dan dilihat dari kejadian gantung diri si bungsu, itu terjadi
beberapa bulan setelahnya. Apa mungkin mereka berdua mengalami depresi dan
paranoid berkepanjangan selama berbulan-bulan? Dan ada satu artikel yang
menulis kalau salah seorang kakaknyalah yang menemukan mayat adiknya. Disini
kita harus cari info lebih jauh tentang kedua kakaknya’
Hendri : ‘ya sekalian saja cari info semuanya’
Alfin : ‘diam, aku sedang menjelaskan’
Hendri : ‘tapi kan intinya sama saja bro’
Alfin : ‘kalau langsung ke poin mana tahu kita nanti
permasalahan utamanya’
Hendri : ‘masalahnya kan satu. Kenapa rumah itu menjadi
misteri’
Alfin : ‘Sudah diam [emot :marah], aku end chat nih’
Hendri ‘[emot :ketawa terbahak-bahak] piss bro’
Pras : ‘sudah.. lanjut gimana nih?’
Alfin : ‘yang poin ketiga yang paling aneh kenapa ada boneka
itu? Di semua artikel tidak ada yang menyangkut boneka dengan gigi-gigi aneh
didalamya. Apalagi bonekanya masih bersih loh, ada debunya tapi tidak setebal
semua barang diruangan asalnya’
Pras : ‘iya juga. Aku agak merinding tiap kali melihat
boneka ini’
Pras : ‘[mengirimkan foto boneka ditangannya]’
Hendri : ‘tapi boneka itu lucu kok’
Alfin : ‘kalau lucu kenapa dari kemarin tidak kamu bawa?
[emot: muka datar]’
Hendri : ‘kasihkan adikmu saja biar ada manfaatnya’
Alfin : ‘sudah jangan hiraukan si Hendri’
Pras : ‘[emot :ketawa terbahak-bahak] ngomong-ngomong si
Alex kemana nih?’
Hendri : ‘mungkin sedang mimpi indah’
Alfin : ‘iya mungkin mimpi si Indah kelas sebelah [emot
:tertawa]’
Alex : ‘lanjutkan kesimpulan tadi!’
Hendri : ‘dianya nongol’
Alfin : ‘[emot :shock]’
Alex : ‘kalau yang kubaca kemarin, justru misteri ada pada
kejadian setelah tragedi gantung diri itu. Kalau info dari berita katanya
banyak sekali gangguan yang dialami tetangganya. Seberapa menakutkannya sampai
bahkan satu desa menjadi ditinggal penduduknya hanya karena satu rumah?’
Pras : ‘info yang aku dapat katanya ada sosok menyeramkan
yang kerap terlihat disana’
Pras : ‘oh iya, untuk kesimpulan kalian simpulkan sendiri
dulu ya, aku barusan dapat kabar kalau ibuku dilarikan kerumah sakit, mungkin
aku nggak bisa kasih kesimpulan cepat. Lex, sementara kamu tampung dulu’
Alex : ‘loh ibu mu sakit apa?’
Pras : ‘kurang tahu, barusan info dari paman. Ini aku dan
paman mau berangkat’
Alex : ‘oke, semoga lekas sembuh’
Pras : ‘oh iya untuk bonekanya sementara aku tinggal dirumah
paman. Ada bibi dirumah, tapi mungkin besok paman sudah balik bisa kalian ambil
jika memang dibutuhkan’
Alfin : ‘oke’
Hendri : ‘oke’
Alex : ‘oke. Kamu sendiri balik kapan?’
Pras : ‘Mungkin 2-3 hari. Kalau ibuku sudah mendingan. Kalau
belum ya mungkin lebih lama. Tahu sendiri kan aku anak tunggal’
Alex : ‘oke lah. Nanti kalau memang perlu diambil aku
kabari’
Pras : ‘[emot :jempol]’
*******
Dua hari berlalu. Pras masih belum kembali. Alex, Alfin dan
Hendri yang juga sibuk dengan tugas PKL nya, sedikit mengalami hambatan ketika
harus mengumpulkan bukti-bukti misteri terkait rumah dan boneka yang mereka
temukan. Hingga pada hari ketiga, mereka bertiga sepakat untuk mengambil boneka
di rumah paman Pras. Rumah paman Pras yang hanya berjarak lima kilometer dari
tempat mereka. Desa yang lebih ramai penduduknya, lebih dekat dengan pusat kota
dan yang penting mudah dijangkau dengan menggunakan angkot. Mereka bertiga
turun dari angkot tepat di sebuah rumah kecil bercat hijau, dengan pekarangan
yang asri ditumbuhi tanaman-tanaman bunga hias yang bermekaran. Kicauan
burung-burung yang panik dari dalam sangkar menyambut mereka. Seorang pria
besar terlihat sedang menyirami tanaman didepan teras, sementara seorang
perempuan memakai daster keluar dari dalam rumah sambil tersenyum ke arah
mereka bertiga.
“eh kalian.. mau cari Pras?”
Suara dari bibi Pras membuat paman Pras menoleh ke arah
mereka bertiga dan mematikan kran air tak jauh darinya.
“Pras belum kembali” sahut Paman Pras
“tidak om, tante” ujar Hendri sedikit malu. Mereka bertiga
berdiri tepat di tanah pinggiran teras
“oh, silahkan masuk dulu” ajak paman Pras sambil berjalan
kedalam rumah
“makasih om, kami cuma sebentar kok. Kami mau minta tolong
untuk diambilkan barang di kamarnya Pras. Pras yang minta om” sahutan Alfin
membuat paman Pras berbalik
“oh gitu. Barang apa?” tanya paman Pras
“tidak apa-apa masuk saja dulu” sahut bibi Pras
“tidak apa-apa disini saja” sahut Alfin, “sebuah boneka om,
boneka beruang”
Paman pras terdiam sejenak, namun seketika wajahnya berubah
cerah, “oh iya Paman pernah melihatnya, sebentar paman carikan dulu” ujarnya
sambil berjalan masuk ke dalam rumah
Bibi Pras pun ikut masuk ke dalam rumah. Alex, Alfin dan
Hendri pun mulai jongkok dan sesekali duduk di tepian teras. Tak lama kemudian,
paman Pras keluar. Membuat mereka kembali berdiri secara bersamaan.
“tidak ada, apa tidak dibawa Pras?” tanya paman Pras
Alex, Alfin dan Pras saling berpandangan. Alex membuka
handphonenya dan kemudian ditunjukkan ke paman Pras, “seperti ini om bonekanya”
Alex menunjukkan foto boneka yang dikirim Pras beberapa hari lalu.
“iya paman juga tahu, tapi sudah aku cari di kamarnya tidak
ada”
Alex terdiam. Terlihat Hendri sedang menggerakkan bahunya
sambil menggelengkan kepala.
“ya udah om, nanti kami konfirmasi lagi ke Pras” ujar Alex
lirih
“ya om, makasih. Maaf merepotkan” sahut Alfin
“tidak apa-apa” ucap paman Pras
“ya udah om kami pamit dulu” sambung Alfin
“loh kok buru-buru?” bibi Pras keluar dari dalam rumah
“iya maaf soalnya kami mau ada tugas” sahut Hendri
“oh ya udah tidak apa-apa” ujar paman Pras
“mari om, tante” mereka bertiga pergi meninggalkan rumah
paman Pras
Mereka berjalan sebentar di jalan depan rumah paman Pras dan
tak lama sebuah angkot berhenti tepat didepan mereka. Mereka naik kedalamnya,
dan terlihat salah satu diantara mereka sibuk menempelkan handphone ke
telinganya.
“ini Pras juga nggak bisa dihubungi” gerutu Alfin
“entahlah si Pras itu, mungkin dia tertawa puas disana.
Tahu-tahu kita dikerjain” sahut Hendri
Angkot berjalan menjauh. Tak lama sebuah motor berhenti
tepat didepan rumah paman Pras. Seorang remaja dengan tergesa-gesa menyerahkan
sejumlah uang ke pengemudi ojek, dan dengan berjalan cepat masuk kedalam rumah,
mengabaikan paman dan bibinya yang memanggil dan bertanya dengan heran.
Dia langsung melempar tasnya yang setengah terbuka. Kemudian
dengan cepat berjalan ke kamarnya dan mengunci diri didalamnya. Dia terduduk,
ketakutan. Dilihatnya jam yang saat itu masih pukul dua siang, namun dia
menyalakan lampu dan menutup tirai jendela.
“Pras, kamu kenapa?” paman Pras menggedor pintu kamar Pras
Sementara tidak ada sahutan dari dalam, bibi Pras
menghampiri suaminya sambil membawa tas milik Pras yang dibuang di ruang tamu.
Tas itu terbuka.
“mungkin ini yang tadi mereka cari” ujar bibi Pras sambil
menunjukkan sebuah boneka beruang didalamnya
Paman Pras hanya memandang istrinya dengan heran, sementara
dia terus menggedor pintu kamar Pras.
“oke, kalau kamu tidak menjelaskan…” belum sampai paman Pras
menyelesaikan ucapannya, pintu kamar terbuka.
Pras membuka pintu dengan perlahan, terlihat raut muka Pras
yang kaku. Wajahnya pucat, matanya terlihat sayu dan rambutnya yang sedikit
panjang terlihat berantakan.
“aku tidak apa-apa. Hanya kecapekan” ujar Pras lirih
Paman dan bibi Pras memandang Pras dengan sedikit heran.
“ibu mu tidak apa-apa?” tanya paman Pras dengan berat
Butuh jeda beberapa saat sampai Pras menjawab pertanyaan
pamannya, “tidak apa-apa. Besok sudah bisa pulang ke rumah”
“syukurlah” ucap paman Pras lega
“ini tasmu kenapa kamu buang?” sahut bibi Pras menyodorkan
tas ke arah Pras
Pras mengamati tasnya sendiri, seketika wajahnya berubah
ketakutan dan dengan cepat dia menyambar tas dari tangan bibinya lalu menutup kembali
pintu kamarnya. Dilemparnya tas itu ke atas ranjang. Tas nya yang terbuka
menampakkan wajah boneka beruang dari dalamnya. Boneka cokelat yang hanya
terlihat sebagian kepalanya. Matanya yang terbuat dari kancing seolah mampu
menatap tajam kearah Hendri yang ketakutan melihatnya. Terdengar paman dan bibinya
menggedor pintu kamar dengan cepat, namun Pras tidak menghiraukannya. Pras
terduduk lemas dibawah pintu. Dia merogoh handphone di saku celana dan mengetik
kan sebuah pesan ke grup chat teman-temannya.
Pras : ‘aku sudah menelusuri dan menemukan info adanya
ruangan aneh di rumah misteri kemarin, yang menjadi sumber paling penting.
Besok siang aku kembali ke sana dan akan mengeceknya. Dan sekalian aku akan mengembalikan
bonekanya. Kalian harus ikut. Aku tunggu di lokasi. Penting!’
****
(bersambung)
0 komentar: